Saturday, May 31, 2014

Tiga Misi Menuju Inggris


Tulisan ini dikirimkan untuk kompetisi blogging MrPotato_ID #InggrisGratis Makanya nggak perlu heran kenapa gue bawa-bawa bungkus makanan ringan eksis di kamera juga. LOL.

Check it out...

Perjalanan ke Inggris itu buat gue adalah mengemban tiga misi, yaitu mengaplikasikan ilmu, mencari bahan tulisan, dan yang pasti liburan dong! ke Anfield itu wajib! ^^

Melihat dunia luar yang belum pernah kita sambangi memang suatu kenikmatan yang luar biasa. Setiap ada orang yang bertanya “kuliah dimana, jurusan apa?”, gue jawab “Sastra Inggris”, dan kemudian selalu saja para penanya ini melontarkan tanggapan yang telinga gue aja ya, sudah bosan mendengarnya, “wah..pinter bahasa Inggris dong.” Gue hanya bisa tersenyum, bingung sih mau jawab apa. Bilang iya nanti dikira sombong, bilang nggak nanti dianggap terlalu merendah. Terus gimana dong? Senyum adalah jalan keluar yang paling bener lah pokoknya. Lalu pertanyaan selanjutnya. Ini kayaknya perlu dikasih drumroll deh… drumrumrumrumrurmrum… tadaaaaa!! “Kapan ke Inggris?” Duh.. masa gue harus kasih senyuman lagi sih? Maunya ya jawab dengan tegas dan penuh percaya diri. “Segera! Ini lagi ngurus paspor dan visa.” Ahihi. Maunya sih begitu. Ya gue anggap satu orang yang baca tulisan ini ikut nyumbang satu kata “amin” juga buat gue. Berarti makin banyak yang baca makin banyak juga doanya. Hehe. Eropa memang destinasi liburan yang oke banget. Dan Inggris udah bertengger di puncak daftar gue. Nggak boleh ada yang gantiin. Kata lainnya sih nggak boleh di ganggu gugat. Sudah mutlak.

Sastra Jerman ingin ke Jerman, Sastra Perancis ingin ke Perancis, Sastra Belanda ingin ke Belanda, Sastra Inggris ya jelas ingin ke Inggris dong, masa ke Afrika? Ya nggak? Hal macam ini sebenernya sudah wajar kok. Kami yang mengambil jurusan-jurusan tersebut jelas saja secara tidak langsung menyimpan ketertarikan tersendiri terhadap negara yang bersangkutan. Rasanya ingin banget gitu menginjakkan kaki langsung disana sekaligus mengaplikasikan secara langsung ilmu yang telah diperoleh. Banyak orang menanggap kuliah Sastra Inggris itu hanya belajar Bahasa Inggris layaknya di tempat-tempat kursus. “Kursus aja kan bisa, ngapain sampe kuliah segala?” Tidak. Itu anggapan yang benar-benar salah. Kalau memang mau ikut kursus ya silakan aja, gue memilih jurusan ini karena gue ingin mempelajari hal-hal yang lebih dari sekedar percakapan dan tata bahasa, karena di Sastra Inggris, kita juga berlajar mengenai perkembangan jaman, budaya, dan ilmu-ilmu pengetahuan modern lainnya. 

Hayo bagaimana asal usul Bahasa Inggris? Pernah tahu juga nggak kalau Bahasa Inggris itu dahulu kala tidak seperti Bahasa Inggris yang kita gunakan sekarang? Cari aja di Google pakai keyword “Old English” atau “Middle English” dan lihat apa yang akan muncul di layar kalian. Ini nggak bisa didapatkan di tempat kursus loh. Jujur aja nih, untuk mata kuliah sejarah Bahasa Inggris, nilai gue kayak di ujung jurang, eh ujung tanduk, gitu. Untung masih bisa terselamatkan. Fiuhhh! Ini kenapa malah jadi curhat? Semoga dosen gue nggak baca. Huahahahaha. 

Inggris itu unik dan berkarakter. Kita tentu masih ingat bagaimana hebohnya royal wedding  Prince William dan Kate Middleton beberapa waktu lalu. Segala yang beraroma royal family memang begitu menyita mata dunia. Ya kan? Bahkan sekarang aja foto-foto Prince George bertaburan disana sini dan menjadi konsumsi publik. Sejauh ini sumber ilmu yang gue dapat tentang Great Britain secara umum dan England secara khusus, hanya berasal dari buku, materi kuliah, dan internet. Bisa ke Inggris beneran itu jelas banget sudah cita-cita gue sejak dulu. Atau bisakah ini disebut obsesi? Obsesi yang susah kesampaian maksudnya. Gue cuma bisa tersenyum getir tiap inget bagaimana gue belum dikasih kesempatan menginjakkan kaki di tanah Ratu Elizabeth itu. 

Mana lagi bikin novel yang latarnya London pula, sejauh ini gue masih sangat hati-hati nulisnya. Nggak tahu seluk beluk kotanya secara detail, hanya bisa mengandalkan buku dan internet. Alangkah bahagianya jika bisa langsung ke TKP (emangnya berita kriminal???), siapa tahu pas lagi di Trafalgar Square terus mendadak muncul ide dua tokoh utama di novel gue lagi jalan-jalan berdua sambil berpegangan tangan. Ahaha. Mulai deh ngayal lagi. Duh. Selain itu gue ingin banget gitu ya duduk sendirian di kafe, hanya ditemani notebook, kopi dan pena, bahkan bikin coret-coretan di selembar tisu. Sebagai penulis gue ingin merasakan sensasi ini juga.!

Menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan negara lain, kira-kira itu salah apa enggak? Apakah ada yang melarang? Gue punya replika bendera mini nya Great Britain, nih nagkring cantik di deket meja belajar. Disebelahnya tetep dong, ada bendera Indonesia juga. Tetapi, terkadang kesukaan ini disalahartikan oleh beberapa pihak. Disaat ada event di tv yang kebetulan mengharuskan “God Save The Queen” diperdengarkan, secara spontan gue ikut-ikutan larut di dalamnya, dan tebak apa? Ya, kembali dituduh tidak nasionalis. Woi.. gue emang hafal liriknya, tapi bukan berarti tidak cinta negeri sendiri kan? Apa salahnya sih mengagumi apa yang dimiliki negara lain? Itu kan ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan yang luas, kita akan tertinggal! Toh kalau mau berpikir panjang sedikit ya, lihat tuh para bule yang sedang belajar budaya Indonesia. Apa mereka di negara asalnya juga dicap tidak nasionalis karena mengagumi budaya kita?! Ingin banget mengubah pandangan orang-orang yang seperti ini. 

Jujur saja, gue sangat sangat sangat bersyukur kuliah di Sastra Inggris. Kenapa? Gue merasa pola pikir gue semakin lama semakin luas, bisa menilai segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih obyektif, dan mampu menghindari pikiran-pikiran sempit. Kita tahu bahwa peradaban bumi barat memang lebih maju. Tentu saja kita tidak bisa mencontoh semuanya. Budaya itu harus difilter. Dan itu yang mau gue tunjukkin sekembalinya gue ke tanah air. Tentu saja pulang ke Indonesia selain bawa foto (wajib ini mah), gue juga harus bawa ilmu yang bisa gue share ke yang lain.

Cewek dan sepakbola? Sekarang sudah banyak cewek yang menggandrungi sepakbola, Walapun emang ada beberapa yang cuma ikut-ikutan doang, alias suporter karbitan alias musiman.. emang mangga? Pake musiman segala. Haha. Kecintaan gue pada Liverpool FC dimulai sejak 2004 silam. Sudah hampir sepuluh tahun gue berada dalam keluarga ini. Awalnya sih juga disangka ikut-ikutan, tapi akhirnya gue bisa buktikan kalau gue suporter setia. Bahkan ketika LFC sedang tidak dalam performa bagus (baca: jaman lagi apes-apesnya), gue tetep nggak pindah hati. Dan gue juga salut sama suporter-suporter lain yang juga setia sama klub nya masing-masing. 

Ingin ke Inggris gara-gara ini? Iya dong! Inggris dikenal memiliki sejarah sepakbola yang begitu mendunia, bahkan sejarah paling kelam pun ada di Inggris, yaitu tragedi Hillsborough, 15 April 1989. Alasan gue suka liga Inggris karena permainan mereka yang cepat, ya namanya aja kick and rush. Memang bukan sepakbola indah kayak La Liga, tetapi justru itulah yang menarik, karena lebih greget dan mampu mengakibatkan tekanan darah tinggi serta emosi jiwa yang tidak tenang. Apalagi kalau pas nonton bareng. Seneng bareng-bareng, galau juga bareng-bareng. 

Dan sebagai penikmat olahraga sepakbola secara umum, tentu saja mau lah berkeliling mengunjungi stadion-stadion megah di Inggris. Anfield, Emirates, Stamford Bridge, Old Trafford, dan yang pasti Wembley!! Dijadiin lokasi foto pre-wedding oke tuh! Haha. Gue yakin banget tiap stadion pasti memiliki kisahnya sendiri, dan itu yang ingin gue ketahui. Kok gue merasa tulisan ini lebih condong ke curhat ya? Eh, iya nggak sih? Haha. London Eye, Trafalgar Square, Tower Bridge, King’s Cross Station (sekalian mampir ke Hogwarts lewat peron 9¾. Hahaha! Kan ada tuh spot foto dengan dekorasi trolley yang nyangkut di tembok platform. Mau ke Hogwarts ya lewat situ), dan The Beatles Story! Walau bukan berasal dari jamannya, tapi jujur gue sangat mengagumi mereka. Bisa mengunjungi salah satu monumen penghargaan bagi legenda sekelas The Beatles merupakan sebuah kehormatan tersendiri bagi gue. Dan, drumroll lagi dong… drumrumrumrumrum… itu berarti gue bakal menginjakkan kaki di Albert Dock! Liverpool! Anfield! Tisu mana tisu? Tisu dong, jadi ingin nangis.. T_T Gue juga ingin merasakan bagaimana bermobilisasi di kota London. Seperti apa sih fasilitas transportasi yang disediakan disana. Terakhir, ini termasuk obsesi juga kayaknya. Gue ingin mendengar langsung orang Inggris cuap-cuap. Sumpah aksen mereka itu seksi abis! Ibaratnya macam ear candy gitu buat kuping gue. Wow!  Semoga mimpi ini bisa terwujud. Amin. Inget ya, satu pembaca, satu doa. Makasih lhoooo…. ^^