Tulisan ini dikirimkan untuk kompetisi blogging MrPotato_ID #InggrisGratis Makanya nggak perlu heran kenapa gue bawa-bawa bungkus makanan ringan eksis di kamera juga. LOL.
Check it out...
Perjalanan
ke Inggris itu buat gue adalah mengemban tiga misi, yaitu mengaplikasikan ilmu,
mencari bahan tulisan, dan yang pasti liburan dong! ke Anfield itu wajib! ^^
Melihat
dunia luar yang belum pernah kita sambangi memang suatu kenikmatan yang luar
biasa. Setiap ada orang yang bertanya “kuliah dimana, jurusan apa?”, gue jawab
“Sastra Inggris”, dan kemudian selalu saja para penanya ini melontarkan
tanggapan yang telinga gue aja ya, sudah bosan mendengarnya, “wah..pinter
bahasa Inggris dong.” Gue hanya bisa tersenyum, bingung sih mau jawab apa.
Bilang iya nanti dikira sombong, bilang nggak nanti dianggap terlalu merendah.
Terus gimana dong? Senyum adalah jalan keluar yang paling bener lah pokoknya.
Lalu pertanyaan selanjutnya. Ini kayaknya perlu dikasih drumroll deh… drumrumrumrumrurmrum… tadaaaaa!! “Kapan ke Inggris?”
Duh.. masa gue harus kasih senyuman lagi sih? Maunya ya jawab dengan tegas dan
penuh percaya diri. “Segera! Ini lagi ngurus paspor dan visa.” Ahihi. Maunya
sih begitu. Ya gue anggap satu orang yang baca tulisan ini ikut nyumbang satu
kata “amin” juga buat gue. Berarti makin banyak yang baca makin banyak juga
doanya. Hehe. Eropa memang destinasi liburan yang oke banget. Dan Inggris udah
bertengger di puncak daftar gue. Nggak boleh ada yang gantiin. Kata lainnya sih
nggak boleh di ganggu gugat. Sudah mutlak.
Sastra
Jerman ingin ke Jerman, Sastra Perancis ingin ke Perancis, Sastra Belanda ingin
ke Belanda, Sastra Inggris ya jelas ingin ke Inggris dong, masa ke Afrika? Ya
nggak? Hal macam ini sebenernya sudah wajar kok. Kami yang mengambil
jurusan-jurusan tersebut jelas saja secara tidak langsung menyimpan
ketertarikan tersendiri terhadap negara yang bersangkutan. Rasanya ingin banget
gitu menginjakkan kaki langsung disana sekaligus mengaplikasikan secara
langsung ilmu yang telah diperoleh. Banyak orang menanggap kuliah Sastra
Inggris itu hanya belajar Bahasa Inggris layaknya di tempat-tempat kursus.
“Kursus aja kan bisa, ngapain sampe kuliah segala?” Tidak. Itu anggapan yang
benar-benar salah. Kalau memang mau ikut kursus ya silakan aja, gue memilih
jurusan ini karena gue ingin mempelajari hal-hal yang lebih dari sekedar
percakapan dan tata bahasa, karena di Sastra Inggris, kita juga berlajar
mengenai perkembangan jaman, budaya, dan ilmu-ilmu pengetahuan modern lainnya.
Hayo
bagaimana asal usul Bahasa Inggris? Pernah tahu juga nggak kalau Bahasa Inggris
itu dahulu kala tidak seperti Bahasa Inggris yang kita gunakan sekarang? Cari
aja di Google pakai keyword “Old English” atau “Middle English” dan lihat apa
yang akan muncul di layar kalian. Ini nggak bisa didapatkan di tempat kursus
loh. Jujur aja nih, untuk mata kuliah sejarah Bahasa Inggris, nilai gue kayak
di ujung jurang, eh ujung tanduk, gitu. Untung masih bisa terselamatkan. Fiuhhh!
Ini kenapa malah jadi curhat? Semoga dosen gue nggak baca. Huahahahaha.
Inggris
itu unik dan berkarakter. Kita tentu masih ingat bagaimana hebohnya royal wedding Prince William dan Kate Middleton beberapa
waktu lalu. Segala yang beraroma royal
family memang begitu menyita mata dunia. Ya kan? Bahkan sekarang aja
foto-foto Prince George bertaburan disana sini dan menjadi konsumsi publik. Sejauh
ini sumber ilmu yang gue dapat tentang Great Britain secara umum dan England
secara khusus, hanya berasal dari buku, materi kuliah, dan internet. Bisa ke
Inggris beneran itu jelas banget sudah cita-cita gue sejak dulu. Atau bisakah
ini disebut obsesi? Obsesi yang susah kesampaian maksudnya. Gue cuma bisa
tersenyum getir tiap inget bagaimana gue belum dikasih kesempatan menginjakkan
kaki di tanah Ratu Elizabeth itu.
Mana
lagi bikin novel yang latarnya London pula, sejauh ini gue masih sangat
hati-hati nulisnya. Nggak tahu seluk beluk kotanya secara detail, hanya bisa
mengandalkan buku dan internet. Alangkah bahagianya jika bisa langsung ke TKP
(emangnya berita kriminal???), siapa tahu pas lagi di Trafalgar Square terus
mendadak muncul ide dua tokoh utama di novel gue lagi jalan-jalan berdua sambil
berpegangan tangan. Ahaha. Mulai deh ngayal lagi. Duh. Selain itu gue ingin
banget gitu ya duduk sendirian di kafe, hanya ditemani notebook, kopi dan pena,
bahkan bikin coret-coretan di selembar tisu. Sebagai penulis gue ingin
merasakan sensasi ini juga.!
Menyukai
segala sesuatu yang berkaitan dengan negara lain, kira-kira itu salah apa
enggak? Apakah ada yang melarang? Gue punya replika bendera mini nya Great
Britain, nih nagkring cantik di deket meja belajar. Disebelahnya tetep dong,
ada bendera Indonesia juga. Tetapi, terkadang kesukaan ini disalahartikan oleh
beberapa pihak. Disaat ada event di
tv yang kebetulan mengharuskan “God Save The Queen” diperdengarkan, secara
spontan gue ikut-ikutan larut di dalamnya, dan tebak apa? Ya, kembali dituduh
tidak nasionalis. Woi.. gue emang hafal liriknya, tapi bukan berarti tidak
cinta negeri sendiri kan? Apa salahnya sih mengagumi apa yang dimiliki negara
lain? Itu kan ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan yang luas, kita akan
tertinggal! Toh kalau mau berpikir panjang sedikit ya, lihat tuh para bule yang sedang belajar budaya
Indonesia. Apa mereka di negara asalnya juga dicap tidak nasionalis karena
mengagumi budaya kita?! Ingin banget mengubah pandangan orang-orang yang
seperti ini.
Jujur
saja, gue sangat sangat sangat bersyukur kuliah di Sastra Inggris. Kenapa? Gue
merasa pola pikir gue semakin lama semakin luas, bisa menilai segala sesuatu
dengan sudut pandang yang lebih obyektif, dan mampu menghindari pikiran-pikiran
sempit. Kita tahu bahwa peradaban bumi barat memang lebih maju. Tentu saja kita
tidak bisa mencontoh semuanya. Budaya itu harus difilter. Dan itu yang mau gue tunjukkin sekembalinya gue ke tanah
air. Tentu saja pulang ke Indonesia selain bawa foto (wajib ini mah), gue juga
harus bawa ilmu yang bisa gue share
ke yang lain.
Cewek
dan sepakbola? Sekarang sudah banyak cewek yang menggandrungi sepakbola, Walapun
emang ada beberapa yang cuma ikut-ikutan doang, alias suporter karbitan alias
musiman.. emang mangga? Pake musiman segala. Haha. Kecintaan gue pada Liverpool
FC dimulai sejak 2004 silam. Sudah hampir sepuluh tahun gue berada dalam
keluarga ini. Awalnya sih juga disangka ikut-ikutan, tapi akhirnya gue bisa
buktikan kalau gue suporter setia. Bahkan ketika LFC sedang tidak dalam
performa bagus (baca: jaman lagi apes-apesnya), gue tetep nggak pindah hati. Dan
gue juga salut sama suporter-suporter lain yang juga setia sama klub nya
masing-masing.
Ingin
ke Inggris gara-gara ini? Iya dong! Inggris dikenal memiliki sejarah sepakbola
yang begitu mendunia, bahkan sejarah paling kelam pun ada di Inggris, yaitu
tragedi Hillsborough, 15 April 1989. Alasan gue suka liga Inggris karena
permainan mereka yang cepat, ya namanya aja kick
and rush. Memang bukan sepakbola indah kayak La Liga, tetapi justru itulah
yang menarik, karena lebih greget dan mampu mengakibatkan tekanan darah tinggi
serta emosi jiwa yang tidak tenang. Apalagi kalau pas nonton bareng. Seneng
bareng-bareng, galau juga bareng-bareng.
Dan
sebagai penikmat olahraga sepakbola secara umum, tentu saja mau lah berkeliling
mengunjungi stadion-stadion megah di Inggris. Anfield, Emirates, Stamford
Bridge, Old Trafford, dan yang pasti Wembley!! Dijadiin lokasi foto pre-wedding
oke tuh! Haha. Gue yakin banget tiap stadion pasti memiliki kisahnya sendiri,
dan itu yang ingin gue ketahui. Kok gue merasa tulisan ini lebih condong ke
curhat ya? Eh, iya nggak sih? Haha. London Eye, Trafalgar Square, Tower Bridge,
King’s Cross Station (sekalian mampir ke Hogwarts lewat peron 9¾. Hahaha! Kan
ada tuh spot foto dengan dekorasi trolley yang nyangkut di tembok platform. Mau
ke Hogwarts ya lewat situ), dan The Beatles Story! Walau bukan berasal dari
jamannya, tapi jujur gue sangat mengagumi mereka. Bisa mengunjungi salah satu
monumen penghargaan bagi legenda sekelas The Beatles merupakan sebuah
kehormatan tersendiri bagi gue. Dan, drumroll
lagi dong… drumrumrumrumrum… itu berarti gue bakal menginjakkan kaki di
Albert Dock! Liverpool! Anfield! Tisu mana tisu? Tisu dong, jadi ingin nangis..
T_T Gue juga ingin merasakan bagaimana bermobilisasi di kota London. Seperti
apa sih fasilitas transportasi yang disediakan disana. Terakhir, ini termasuk
obsesi juga kayaknya. Gue ingin mendengar langsung orang Inggris cuap-cuap.
Sumpah aksen mereka itu seksi abis! Ibaratnya macam ear candy gitu buat kuping gue. Wow! Semoga mimpi ini bisa terwujud. Amin. Inget
ya, satu pembaca, satu doa. Makasih lhoooo…. ^^
Comments