Skip to main content

Pengalaman Pertama ke Dokter Gigi, di Usia 29 Tahun XD

Silakan geli atau tertawa setelah membaca judul di atas tadi. Yap, you read it right, di usia 29 tahun. Hahaha. Ketika banyak manusia di muka bumi ini yang sudah pernah merasakan ke dokter gigi saat kecil, aku termasuk dalam salah satu spesies yang baru mengalaminya mejelang kepala 3.

Jadi ceritanya, aku itu dulu pernah kecelakaan maut (bukan bermaksud lebay but it's true). Waktu itu, aku bisa denger suara orang dan goyangan mobil (maybe ambulans), tapi yang aku lihat cuma warna item di sekitarku. Mungkin lagi di antara dua dunia? Abis itu ilang sadar dan bangun di UGD, sedikit amnesia sesaat sampai gak inget aku pake baju apa dan habis dari mana waktu itu. Yang kuingat cuma Mom and Dad dan tes SPMB haha. Yang udah kenal aku lama, ya sejak SMP atau SMA, pasti tahu kejadian ini. Singkatnya, aku waktu itu dapat luka parah yang sebagian besar di sebelah kiri tubuh, termasuk wajah dan bibir.

Separuh wajahku konon kata orang sempet kayak zombie wakakak, nah bibir harus dijahit karena robek, makanya kalu kalian liat aku yang sekarang, liat nih bibirku yang sebelah kiri atas bentuknya jelek banget, itu karena dijahit. Nah, efek mencium aspal itu pula, selain bibir, gigiku juga jadi korban, dan aku gak punya cukup mental ke dokter gigi untuk memperbaikinya selama bertahun-tahun.

Alhasil, beberapa bulan lalu aku seolah mendapat ilham untuk segera ngebenerin gigi-gigi patah ini, biar pas foto bisa senyum lebar lagi. Langsung cus ke dokter gigi buat konsultasi, rontgen, dan akhirnya dilakukan tindakan.

Gigi yang harus dibenerin ada tiga biji. Yang satu, mahkotanya masih lumayan dan bisa diselamatkan, so solusinya adalah pakai jaket gigi (crown). Crown gigi ini sejenis gigi palsu yang dibuat khusus untuk melapisi gigi kita yang udah patah. Namanya aja 'jaket', ya tujuannya untuk 'menyelimuti'.

Gigi yang dua lagi, udah wasalam, so mau nggak mau harus dicabut, lalu aku harus pake gigi palsu juga tapi dengan model valplast, yang tinggal dipasang aja. Saat tulisan ini dibuat, aku udah selesai sampai tahap cetak gigi untuk valplast ini, but this is my journey selama penanganan gigi di dentist kurang lebih 2-3 bulan. Ngapain aja?

Case 1: Perawatan Akar + Crown Gigi

Seperti yang udah aku bilang, crown ini dipasang buat menutupi gigiku yang udah pendek karena patah. Berhubung di antara tiga gigi, gigi ini yang masih 'panjang' so masih bisa dipasang crown tanpa harus dicabut. Hanya saja, aku harus perawatan akar gigi dulu. Astaga.

Perawatan ini ya saluran akar gigi kita diisi yang baru, yang lebih sehat. Pas akar lama dikeluarin, sumpah aku baru lihat bentuknya, ternyata mirip uget-uget putih gitu. Haha. Katrok banget idup gue. Nah setelah kosong, saluran diisi lagi. Sakit? Ya ada beberapa momen cekit-cekit tapi no problem lah. Udah gede, gak boleh jadi coward kan.

Akar gigi ini harus dirawat karena statusnya masih akan dipertahankan kan alias gak dicabut. Jadi setelah selesai ngurusin akar, mulailah prosedur crown gigi. Pasang pasak nih, dan aku awalnya agak merinding, karena 'pasak' itu mengandung arti yang agak horror buatku haha. Bayangin aja ada pasak di gusi gueeeee? Like what?

Tapi yang dipasang ini pasak fiber gengs. Ya masangnya emang rada sengsara sih buatku lol, mungkin karena manual pake tangan bu dokter. Kurang lebih rasanya kayak gusi kamu dipasangin sekrup gitu lah, didorong, diputer-puter pasaknya sampe nancep (semoga yang baca gak ngilu).

Pastinya, gigi harus dikikir dulu ya, biar pas. Alat-alat macem bor dan komplotannya bakal sering masuk ke mulut, dan seriously aku sampe ngerasa abis makan atau ngunyah bubuk besi gitu wkwkwkwk. Setelah pasak terpasang, baru pesen crown-nya, tapi harus pencetakan dulu ya biar orang lab nya tahu harus buat bentuk yang gimana supaya itu gigi nyaman di mulut kita.

Source of pic: jalewandowskidds.com
Cetaknya? Jadi pake bahan sejenis lilin warna pink yang aromanya mirip bubblegum alias permen karet. Jangan pikir ada rasa manisnya, not at all, malah itu bisa bikin mual, taukkk. Nah itu ditempelin di sejenis alat cetak untuk bagian atas mulut. Lalu, dipasang deh ke mulut kita dengan cara digigit, ditekan-tekan.

Untuk yang bagian bawah, pake lilin juga tapi warnanya oranye. Sama, dicetak di alat dan kemudian digigit. Sedikit saran misal mau cetak beginian, kata dokterku, misal mual, duduk tegak aja gitu. Oke, proses cetak kelar dan saatnya pesen crown gigi, yang mana harganya bisa bikin migren. Aku pilih yang full porcelain karena buat gigi depan, demi fungsi estetika. Kalau yang gak full porcelain kemungkinan jelek karena ada bayangan item-itemnya, karena yang setengah porcelain bagian dalemnya kayak besi gitu.

Setelah milih bahan, saatnya milih warna gigi yang mana harus disesuaikan. Tenang aja, ada berbagai macam varian warna dari yang kuniiiiiiing banget sampai putiiiiiiiiiiih kinclong. Tinggal cocoknya yang mana, jangan sampai belang ya haha.

Setelah menunggu sekitar dua minggu, akhirnya crown gigi jadi. Bentuknya kayak apa coba gengs??/ Ya kayak gigi. Okay, kidding. Bentunya gigi tapi tengahnya bolong (gak sempet foto), nah gigi kita yang udah dipangkas dan dipasang pasak nantinya dimasukkin ke bolongan itu. Jaketan deh, bukan hanya manusia yang bisa pake jaket, gigi juga. *krik krik krik

Masangnya gimana? Dikasih lem! Tapi pastinya bukan sembarang lem. Lem ajaib dunia per-gigi-an lah pastinya. Aku sendiri sempet gak habis pikir, itu bisa buat nempel gigi ke gusi? Canggih mana sama lem alteco? Yaudah deh, dilem alias disemen dah tu gigi (berasa jadi sodaranya batu bata), ditekan-tekan sama dokternya, rada sakit juga dikit. Terus dirapiin deh pake alat gitu. Tadaaaaa! Selesai. Beneran kayak gigi utuh lagi.

Crow gigi sudah selesai, tapi perjuanganku belum berakhir. Masih ada cabut gigi yang nyeremin itu. Berhubung sekarang udah di Jogja, jadwalnya agak susah dan aku baru bisa cabut sekitar 3 minggu setelah pasang crown. Ini bukan ngeles karena takut lho ya. Beneran, ini murni perkara jadwal! (Iya...iya...percaya).

Case 2: Cabut Gigi + Valplast

Akhirnya cabut gigi juga, dua biji maaaak! Sebelum hari H, aku nanya sana-sini sama yang udah cabut gigi. Pengalaman bervariasi sih, so lebih baik mengalami sendiri, cah. Believe me. Mau sakit apa gak, serahkan kepada dokter dan Yang Maha Kuasa.

Prosesnya, pertama, suntik anestesi. Suntiknya gak cuma sekali dua kali ya btw. Jarum suntik menusuk gusi lebih dari lima kali di tempat yang berbeda-beda. Suntikannya juga beda, cekrik cekrik gitu lah kalau dibahasain. Jangan ditanya rasanya kayak apa. Namanya jarum nusuk gusi hahaha (bitter laugh). Oya, ada sensasi pahit genggsss tapi boleh kumur kok kalau gak kuat. Setelah itu, mati rasa di sekitar area yang mau dicabut.

Pas dicabut, beneran gak kerasa kok gengs. Maksudnya gak ngerasa sakit karena udah dibius. Kerasa kalau gigi kita digoyang-goyangin sampe copot trus ditarik-tarik, bahkan asisten dokterku sampe megangin kepalaku. Can you imagine that? Haha. Singkat kata, proses cabit dua gigi done. Dokter nawarin aku bawa pulang gigi, aku iyain. Itu organ tubuh kita sebagai manusia ciptaan Tuhan (weitttsz), jadi sebaiknya dikubur dan aku mau aku sendiri yang ngelakuinnya.

Setelah selesai cabut, diolesin obat dan disuruh gigit kassa (bukan kasir supermarket) hidropil. Langsung dah darah bercucuran gak mau berhenti, diiringi air ludah yang luar biasa banyak. Baru lima menit udah basah itu kassa dan harus diganti.

Efek anestesi udah mulai hilang, cenat cenut euy. Lalu aku dikasih painkiller berupa puyer, rasanya asin campur manis, Cataflam Fast. Mana bawa motor sendiri, langsung buru-buru pulang dah sebelum rasa sakit kembali mendera. FYI, waktu itu, aku susah ngomong dan ini pasti terjadi pada siapa saja yang habis cabut gigi.

Aku pulang dibekali kassa, antibiotik, dan painkiller. Balik ke dokter lima hari kemudian untuk pencetakan, prosesnya sama kayak yang tadi aku ceritain di atas, pake lilin or whatever it is. Beda sama crown, valplast partial denture itu begini. Langsung kasih gambar aja biar gampang. Hahaha.

Source of pic: protecdental.com
Kasusku, karena dua gigi yang dicabut, ya pesennya dua gigi. Perhitungannya, dibuatin satu gigitan itu (warna pink menyerupai gusi) diitung satu gigi. Nah, misal nambah satu gigi ya biayanya nambah lagi per gigi, begitu selanjutnya.

That's all. Tapi ini belum jadi alias masih nunggu. Kemungkinan sekitar dua minggu. Nanti kalau udah jadi mari kita lihat hasilnya, sementara masih ompong yaaak. Haha.

Comments

saya juga pernah pakai crown gigi, metal porcelen.. yang sakit itu pas di bor.. ngilunya minta ampunn...
Unknown said…
Agan menunggu selama 12 tahun baru memeriksa ke dokter gigi

Popular posts from this blog

Lanling Wang (C-Drama) "Melawan Takdir dan Tirani"

Satu lagi adaptasi dari sebuah sejarah besar tanah Cina yang terkenal. Gao Chang Gong, begitulah namanya disebut. Lanling sendiri merupakan nama daerah kekuasaannya, sehingga diberikanlah julukan Lanling Wang alias Prince of Lanling. Sebenernya ya, gue juga agak bingung gitu "wang" disini itu maksudnya raja apa pangeran?? Sejauh pengamatan dan pengetahuan gue (yang mungkin dangkal ini), wang itu artinya raja. Well, karena bukan kapasitas gue untuk menerangkan hal ini..walaupun gue anak bahasa..tapi bukan berarti ngerti hal beginian banget. Tetep harus ada satu orang yang bener2 ngerti dan paham betul mengenai istilah ini, yang sayaaaaangnya gue nggak punya satu temen Cina maupun temen yang kuliah Sastra Cina. Jadi, gue anggep aja wang disini itu both king and prince. Bukannya maruk, dengarkan dulu penjelasan gue... *berasa kayak dituduh selingkuh oleh pacar*.. Baiklah.. 'wang' disini adalah raja. tapi jelas, bukan raja dalam keadaan yang sebenarnya, karena pada ja

Pengalaman, Cara, dan Tips Operasi Gigi Bungsu (Odontektomi) Pakai BPJS

It's been a while aku gak nulis blog lagi, padahal sekarang sudah memasuki era 'nyantai' dengan freelance job dan tidak memikirkan huru-hara dunia perkantoran hehe. Ya, berkat periode inilah aku pada akhirnya bisa menyempatkan diri untuk operasi gigi bungsu pakai BPJS, yang tentunya sangat menyita waktu dan kesabaran. Waktu dan kesabaran, dua hal terpenting yang harus kita siapkan jika ingin operasi gigi bungsu pakai BPJS. Namun percayalah, pengalaman setiap peserta/pasien itu berbeda, jadi dimohon kesadarannya untuk tidak megeneralisasi ya. Mengapa aku bilang begini? Seperti diketahui, banyak narasi yang sudah telanjur beredar di luar sana kalau pakai BPJS beginilah begitulah, dijutekinlah, dibeda-bedainlah dan lain-lain. Belum kisah-kisah apes dari beberapa (iya beberapa) peserta yang harus menunggu antrean panjang. Lemme clear these things dulu. Masalah dijutekin, in my opinion itu tergantung nakesnya secara personal ya, atau mungkin munculnya muka masam dia juga bisa di