Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2014

Aku dan Liverpool

Alhamdulillah..setelah sekian lama akhirnya ngeblog lagi ^^ Alhamdulillah lagi saya punya kabar gembira (for myself terutama) Haha. Jadi, ceritanya, beberapa waktu yg lalu saya mengirimkan sebuah tulisan bertemakan "Aku dan Liverpool" yang isinya menggambarkan rasa cinta suporter dan klub bola favoritnya. Malam itu saya membuka facebook dan teman saya menulis di wall katanya saya masuk rubrik di situs resmi LFC berbahasa indonesia. Saya kaget, lalu saya cek ke TKP dan ternyata benar. Langsung dingin semua ni tangan. Nggak nyangka banget bakal naik tayang. Setelah itu saya beralih membuka twitter dan................ mentions mendadak ramai. Ramai banget malah. Beberapa menit yang lalu akun twitter LFC indonesia ngetweet link tersebut. Nah berikut screencap di official page LFC indonesianya:  Dan ini tulisan saya: Aku dan Liverpool Sepakbola. Dulu tidak pernah terlintas di benak saya kalau hal semacam sepakbola mampu memberikan dampak besar dalam hidup

University of Liverpool {submitted for British Embassy's Quiz}

Halo..halo... Berikut tulisan singkat saya mengenai University of Liverpool. Pendek sih..cuma beberapa kalimat saja. Toh tujuannya memang untuk ikut kuis dan yeayyyyy menang!! Merchandise yang saya dapat dari British Embassy dan British Council tentu saja sangat menarik hati. I love UK!! Eitssss. Jangan salah..saya tetap cinta tanah air Indonesia dong. Makanya kadang saya jengkel banget tiap ada yang mengait-ngaitkan kecintaan seseorang terhadap suatu negara tertentu dengan rasa nasionalisme yang dikandung dalam darahnya. To some people mungkin bisa saja rasa kagum tersebut mengalahkan rasa nasionalismenya, but to some others, tidak. Dan begitu pula saya, saya kuliah Sastra Inggris tujuannya bukan untuk berpindah kewarganegaraan ataupun sok2an bertingkah ala barat. Terkadang, orang-orang perlu berpikir lebih global dan terbuka sehingga bisa menilai segalanya dari kacamata objektivitas. Yang saya pelajari adalah budaya, lalu bagaimana bisa nasionalisme saya kemudian dipertanyakan hanya