Skip to main content

Menapaki Jejak Masa Lalu

Day 1: Jatim Park 2 dan Museum Angkut    

     Holaaaa... gue kembali dengan travel writing ala gue yang seadanya dan main ceplos. Hehe. Liburan kali ini gue pergi ke Malang, yang mana adalah kota penuh kenangan buat gue. Why? Disanalah gue memulai masa kanak-kanak dan merupakan moment terbaik gue bersama mendiang kedua orang tua gue. Ketika om dan tante bilang akan ke Malang, gue langsung setuju aja tanpa pikir panjang. Hal pertama yang terlintas di kepala gue adalah TK dan SD di mana gue pernah menimba (bukan sumur) ilmu beberapa tahun silam. Pada tanggal 20 Maret 2015, tepatnya hari Jumat, kami sekeluarga berangkat menggunakan KA Malioboro Ekspres. Pada awalnya, om gue agak galau gitu nentuin waktu keberangkatan. Alhasil setelah mempertimbangkan banyak hal, kami memutuskan naik Malioboro Ekspres pukul sembilan malam, yang artinya, kami akan sampai di Malang esok hari, Subuh sih lebih tepatnya. Dalam kereta yang biasanya gue bisa tertidur lelap ketika perjalanan malam hari, eh kali ini nggak bisa masa?? Padahal udah naik eksekutif, gue masih aja tidur-tidur ayam nggak jelas gitu. Kerennya lagi, semua anggota keluarga duduknya terpisah. LOL. Gimana enggak, lhawong pas beli tiket seatnya tinggal delapan biji... Yaudah terpaksa deh garing di perjalanan, satu-satunya yang setia menemani gue ya cuma headset dan lagu yang ada di hape. Itupun gue masih galau gara-gara duduknya nggak di deket jendela.. Mau charging hape juga repot. Sampe Malang baterai tinggal seperempat gila. Hotel tempat kami menginap bernama Aloha. Oh..bukan..bukan... Kan gue udah bilang, gue itu liburan ke Malang, bukan ke Hawaii! :D
     Karena letaknya yang cukup deket dari stasiun, kami memutuskan untuk berjalan kaki. Bisa dibayangkan, satu keluarga dengan komposisi ayah, ibu, anak, saudara perempuan, dan keponakan (that's me) menerobos hawa dingin Malang di kala Subuh, sambil bawa koper, menyusuri jalanan yang pada jam itu jelas aja masih sepi. Untuk sepersekian detik gue punya pikiran ngelantur. Suasana macam itu kalau mendadak muncul begal gimana? Secara kan lagi ngetrend gitu. Ha. Sampai di hotel masih pagi buta, tepatnya pukul lima pagi. Nah sekarang siapa yang bisa check in hotel jam segitu? Check in hotel pukul 12 siang dan check out pukul satu siang itu sudah merupakan pengetahuan umum, kan? Sayangnya memang nggak dimasukkin ke RPUL atau jurnal ilmiah. Sekalian deh mau nyeritain service nya hotel Aloha. Mereka ini sangat helpful. Semenjak om gue telpon untuk booking kamar, bagian reservasinya udah memberikan aneka macam advice, mulai dari rental mobil sampai solusi "sampe-hotel-masih-pagi". Solusi apa yang mereka berikan? Karena kami sampai sana setelah Subuh, mereka menyarankan untuk menitipkan barang di respsionis sembari menunggu kamar ready. Nah, kami juga dapat menyewa mobil dan langsung cus ke Batu pagi itu juga, nanti kalau kamar udah siap barang-barang bisa dimasukkan. Untungnya, pukul enam pagi satu kamar udah bisa dipakai, ya cukup fleksibel sih kalau gue bilang. Kalau di hotel berbintang tiga ke atas mungkin kita harus benar-benar ikut aturan yang artinya kami harus menunggu sampai midday untuk bisa masuk kamar.
     Pagi itu jadilah kami berlima berkumpul di satu kamar dan antri mandi, pastinya. Singkat kata, tepat pukul delapan pagi, mobil udah menanti di halaman depan dan siap membawa kami ke kota Batu. Dulu waktu di Malang, gue inget betul alm papa gue selalu ngajak jalan-jalan ke tempat rekreasi. Jadi ada namanya taman rekreasi Sengkaling, Tlogomas, Selecta, dan Songgoriti. Tujuan pertama kami adalah Jatim Park 2, Jatim Park 1 skip dengan pertimbangan disana penuh dengan wahana permainan untuk anak-anak. Untuk apa? LOL.Jatim Park 2 lebih cocok untuk kami, sepertinya. Sebenernya tujuan utama gue adalah Museum Angkut, tapi supirnya menyarankan Jatim Park 2 dulu, yaudah sih manut. Gue sempet was-was juga sebenernya kalau ntar pas giliran ke Museum Angkut hujan turun. Bismillah dan berdoa aja sih. Well, sampe Jatim Park 2 susananya rame banget, mungkin karena memang hari libur. Terus gimana gue mau foto? Waktu otu juga gue cukup sering mengalami tragedi ditabrak orang yang mundur sembarangan tanpa liat belakangnya. Oke, mas, mba, kalau ente mau moto orang at least lihat dulu di belakang ente ada orang apa kagak. Kalau nabrakpun ane nggak masalah, tapi kalau sampe nginjek kaki ane itu mah keterlaluan namanya. Huffffffttt.

     Foto perdana (cieilah) yang gue ambil setelah menginjakkan kaki di Jatim Park 2 adalah di samping Museum Satwa. Patung Gajah raksasa langsung menarik perhatian gue. Nah, masalahnya adalah, bagaimana caranya agar mendapatkan spot yang oke untuk foto (baca: sepi). Dengan sabar gue menunggu waktu yang tepat sampe nggak ada orang lain yang ambil foto disitu juga. Alhamudillah ya, sukses.HTM nya lumayan sih, di atas 100k, tapi ketika kita udah masuk dan menyusuri area zoo dan juga museumnya, worth it kok. Worthy dengan harga nggak selalu menguntungkan loh, btw. Ternyata ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Ada yang bisa nebak? Kaki lempoh! Gimana kagak. area sebesar itu harus kita lalui dengan berjalan kaki. Tante gue aja ampe bertanya-tanya terus ini jalan kok nggak punya ujung. Selalu aja ada tanda "selanjutnya", "selanjutnya", dan "selanjutnya". LOL. Mana rame sesak pula.. Mampir beli minuman botol, harganya 10k, jadi inget waktu nonton LFC di GBK, air mineral harganya juga 10k. Ini mendinglah soalnya yang gue beli itu green tea (no sebut merek).
     Kedua tante gue, entahlah, mungkin mereka lelah (istilah yang lagi ngetrend sekarang). Setiap ada bangku atau tempat duduk mereka selalu singgah, hewan-hewan yang harusnya ditonton dicuekin aja, seolah mereka hanya mengikuti arus manusia-manusia yang memenuhi rute eco park itu. Gue takut juga kali-kali kesasar, secara gue kadang kan asik gitu ngeliatin hewan-hewan lucu nan unik, malahan ada kera yang sampe gue kasih nama 'kera indian' saking bentukya yang mirip suku Indian. Lol. Bener aja kan, tante gue entah kemana, om dan adek sepupu gue juga entah kemana. Adek gue mah jeprat jepret aja, semua difoto, hewan apapun itu. Akhirnya gue nemuin kedua tante gue di food court lantai dasar deket reptile house, yang mana gue nggak berani masuk. Iya kan, pada tau kalau gue alergi reptil? Hahaha. Reptile house gue mah nggak masuk, tapi.... Well, Jatim Park 2 ini memang kayak zoo dan udah diatur sedemikian rupa sehingga kita harus mengikuti jalur-jalur yang telah ditentukan. Shortcut? Haha! Oh tidak bisaaaaa... no way out! Setelah melewati nocturnal room alias ruang bagi hewan-hewan nocturnal alias malam, gue beranjak ke sebuah lorong yang nggak kalah gelapnya sama nocturnal room yang barusan gue lewatin tadi. Masalahnya adalah, disitu isinya ular semua. Damn it! Tuh kan gue nulisnya aja merinding. Ular-ular tersebut ditaruh di dalam kaca etalase. Tempat ini adalah tempat yang paling bikin gue stres! Mana lumayan gelap pula, gue agak parno gitu kalau-kalau ada sesuatu yg merembet gitu di kaki gue, Hiiiiiiii!!!
Pose mesra bersama orang utan :D
     Area berikutnya lebih ke arah area bermain anak, yang mana kita free of charge karena sudah termasuk dalam tiket masuknya. Nah disana pula gue bertemu dengan seekor orang utan yang lucu banget. Orang utan itu konon katanya seperti manusia. Memang benar, tingkahnya mirip banget ma manusia, bahkan tante gue aja ampe digandeng gitu. Aw mesranya... Hahaha. Pengelola eco park dan zoo ini melakukan salah satu ide brilian juga kalau menurut gue. Jadi, pengunjung diizinkan berfoto bersama beberapa hewan dan tentunya nggak gratis. Eits, ntar dulu. Penghasilan tambahan itu nantinya akan digunakan untuk pengelolaan dan perlindungan konservasi alam dan hewan langka di Indonesia. Memang sih, mereka jelas udah ada dana sendiri untuk itu tapi cara seperti ini memungkinkan kita menyumbangkan sedikit rezeki kita untuk alam. SO why not? Nah kebe tulan si pawang orang utannya baik banget, aturannya 5 ribu rupiah itu sekali foto, tapi faktanya gue dan keluarga sampe foto berkali-kali dan kami diminta membayar seikhlasnya, toh tujuannya memang untuk amal. Amal itu yang penting ikhlas, betul nggak temen-temen?

(part 2 bersambung)...... Catch you all later!! Pastinya dengan cerita yang lebih menarik lagi. Adios! X


Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pertama ke Dokter Gigi, di Usia 29 Tahun XD

Silakan geli atau tertawa setelah membaca judul di atas tadi. Yap, you read it right, di usia 29 tahun. Hahaha. Ketika banyak manusia di muka bumi ini yang sudah pernah merasakan ke dokter gigi saat kecil, aku termasuk dalam salah satu spesies yang baru mengalaminya mejelang kepala 3. Jadi ceritanya, aku itu dulu pernah kecelakaan maut (bukan bermaksud lebay but it's true). Waktu itu, aku bisa denger suara orang dan goyangan mobil (maybe ambulans), tapi yang aku lihat cuma warna item di sekitarku. Mungkin lagi di antara dua dunia? Abis itu ilang sadar dan bangun di UGD, sedikit amnesia sesaat sampai gak inget aku pake baju apa dan habis dari mana waktu itu. Yang kuingat cuma Mom and Dad dan tes SPMB haha. Yang udah kenal aku lama, ya sejak SMP atau SMA, pasti tahu kejadian ini. Singkatnya, aku waktu itu dapat luka parah yang sebagian besar di sebelah kiri tubuh, termasuk wajah dan bibir. Separuh wajahku konon kata orang sempet kayak zombie wakakak, nah bibir harus dijahit

Lanling Wang (C-Drama) "Melawan Takdir dan Tirani"

Satu lagi adaptasi dari sebuah sejarah besar tanah Cina yang terkenal. Gao Chang Gong, begitulah namanya disebut. Lanling sendiri merupakan nama daerah kekuasaannya, sehingga diberikanlah julukan Lanling Wang alias Prince of Lanling. Sebenernya ya, gue juga agak bingung gitu "wang" disini itu maksudnya raja apa pangeran?? Sejauh pengamatan dan pengetahuan gue (yang mungkin dangkal ini), wang itu artinya raja. Well, karena bukan kapasitas gue untuk menerangkan hal ini..walaupun gue anak bahasa..tapi bukan berarti ngerti hal beginian banget. Tetep harus ada satu orang yang bener2 ngerti dan paham betul mengenai istilah ini, yang sayaaaaangnya gue nggak punya satu temen Cina maupun temen yang kuliah Sastra Cina. Jadi, gue anggep aja wang disini itu both king and prince. Bukannya maruk, dengarkan dulu penjelasan gue... *berasa kayak dituduh selingkuh oleh pacar*.. Baiklah.. 'wang' disini adalah raja. tapi jelas, bukan raja dalam keadaan yang sebenarnya, karena pada ja

Pengalaman, Cara, dan Tips Operasi Gigi Bungsu (Odontektomi) Pakai BPJS

It's been a while aku gak nulis blog lagi, padahal sekarang sudah memasuki era 'nyantai' dengan freelance job dan tidak memikirkan huru-hara dunia perkantoran hehe. Ya, berkat periode inilah aku pada akhirnya bisa menyempatkan diri untuk operasi gigi bungsu pakai BPJS, yang tentunya sangat menyita waktu dan kesabaran. Waktu dan kesabaran, dua hal terpenting yang harus kita siapkan jika ingin operasi gigi bungsu pakai BPJS. Namun percayalah, pengalaman setiap peserta/pasien itu berbeda, jadi dimohon kesadarannya untuk tidak megeneralisasi ya. Mengapa aku bilang begini? Seperti diketahui, banyak narasi yang sudah telanjur beredar di luar sana kalau pakai BPJS beginilah begitulah, dijutekinlah, dibeda-bedainlah dan lain-lain. Belum kisah-kisah apes dari beberapa (iya beberapa) peserta yang harus menunggu antrean panjang. Lemme clear these things dulu. Masalah dijutekin, in my opinion itu tergantung nakesnya secara personal ya, atau mungkin munculnya muka masam dia juga bisa di