Satu lagi adaptasi dari sebuah sejarah besar tanah Cina yang terkenal. Gao Chang Gong, begitulah namanya disebut. Lanling sendiri merupakan nama daerah kekuasaannya, sehingga diberikanlah julukan Lanling Wang alias Prince of Lanling. Sebenernya ya, gue juga agak bingung gitu "wang" disini itu maksudnya raja apa pangeran?? Sejauh pengamatan dan pengetahuan gue (yang mungkin dangkal ini), wang itu artinya raja. Well, karena bukan kapasitas gue untuk menerangkan hal ini..walaupun gue anak bahasa..tapi bukan berarti ngerti hal beginian banget. Tetep harus ada satu orang yang bener2 ngerti dan paham betul mengenai istilah ini, yang sayaaaaangnya gue nggak punya satu temen Cina maupun temen yang kuliah Sastra Cina. Jadi, gue anggep aja wang disini itu both king and prince. Bukannya maruk, dengarkan dulu penjelasan gue... *berasa kayak dituduh selingkuh oleh pacar*..
Baiklah.. 'wang' disini adalah raja. tapi jelas, bukan raja dalam keadaan yang sebenarnya, karena pada jaman itu, Chang Gong bukanlah sang pemimpin negeri. Nah raja disini maksud gue adalah seseorang yang "memiliki" alias "menduduki" alias lagi "berkuasa" atas tanah Lanling. jadi disebutlah Lanling Wang. Ini kenapa jadi muter soal "wang" terus terusan.. not so good introduction. Huahahaha.
Drama ini proyek join dari Mainland China (William Feng sbg Gao Chang Gong), Taiwan (Ariel Lin as Yang Xue Wu), dan Hongkong (Daniel Chan as Yuwen Yung). Ditambah para aktor aktris lain yang memang gado-gado juga. Hahaha. Seperti si ganteng George Hu yang katanya masih belum fluent banget bahasa Cina nya. Gao Chang Gong konon merupakan salah satu tokoh "cantik" dalam sejarah Cina. Itulah kenapa dia selalu memakai topeng ketika bertempur, ya untuk menyembunyikan wajah cantiknya itu. Pantes aja di episode pertama Xue Wu mengira Chang Gong adalah wanita, makanya dia ngajak mandi bareng. Duh!!!
Seperti kita tahu, drama maupun film yang diangkat dari sejarah kadangkala berbeda seperti apa yang telah ditorehkan dalam catatan sejarahnya sendiri. Memang, dan jelas, semua dimodifikasi, walau tetap mempertahankan essence histori nya. Why? Simpel aja. Sekarang gini deh, umpama kita mau bikin drama berdasarkan tokoh 1500 tahun silam. Ya okelah, memang ada catatan yang bisa kita jadikan referensi, tetapi yakin kita bisa bergantung penuh pada catatan tersebut? Tidak. Tetap saja ada hal-hal lain yang kemungkinan tidak diketahui oleh para ahli sejarah. Misalnya, siapa tahu Gao Chang Gong selama hidupnya pernah mengalami peristiwa ini, peristiwa itu, dan warna warni kehidupan sehari-harinya siapa yang tahu? Ahli sejarah tahu? Mereka udah lahir jaman segitu? Nah, yang gue suka dari ni drama, di setiap event nya, disertai narasi dari narator yang menjelaskan catatan sejarahnya. Yang paling gue inget adalah, fakta dimana para biksu di negara Zhou dimusnahkan. Itu fakta. Nah kalau di dalam dramanya? Iya, ceritanya permaisuri negara Zhou merasa cemburu akan Xue Wu, lalu dia menyuruh para biksu untuk membunuh Xue Wu yang sedang hamil tua. Yuwen Yung yang marah kemudian memerintahkan 'pembersihan' ajaran Buddha dan juga biksu dari negara Zhou. Setidaknya itu modifikasi yang ditulis writer di drama ini.
Kita semua tahu bahwa kadang drama maupun film kolosal Cina itu terkesan cheesy. Cheesy bukan cheeeeeeeesseee kayak yang di foto-foto itu ya, tapi cheesy means ga jelas means alay means weird means ga banget, ya buat bayangan kalian aja, itu loh macem naga terbang di kolosal lokal kita, yang harus gue akuin teknologi visual effect nya keren banget sampai bikin gue geleng-geleng lalu kemudian ganti channel sambil misuh. Lol. Tapi entah kenapa gue selalu bisa memaafkan ke-cheesy an drama Cina ini. Lah anehnya adalah, kok drama atau film kolosal Indonesia yg cheesy gitu nggak bisa gue maafin ya? Hehehe. Gue inget betul nih waktu nonton Putri Huan Zhu 3, ada scene kan tu dimana si Zhi Wei mau bunuh diri terjun dari tebing, masa abis dia lompat trus di 'tangkep' sama segerombolan kupu-kupu? WTH?? Lol. Udah gitu, abis ditangkep trus dia seolah dibawa terbang gitu diselamatkan dari tebing dan alhasil kembali ke atas. Tada!! Selamet deh. Ini kenapa jadi nyasar ke Putri Huan Zhu juga? Makin melebar aja ni parah asli, Ha! Baiklah mari kembali saja ke Lanling Wang. Judulnya apa, isinya apa. Kalau nggak nyambung ntar bisa diprotes pelanggan, eh pembaca. Eheh.
"Melawan Takdir dan Tirani" maaaannn gue juga nggak tahu kenapa otak gue bisa mikir judul sampe sebegininya, padahal gue itu tipikal yang nggak minat gitu sama istilah 'tirani' dan sejenisnya. Pada dasarnya tirani itu adalah diktator, ya nggak sih? *plak!* Yang mana disini bepusat pada sang Putra Mahkota, yaitu sodaranya Gao Cahang Gong, Gao Wei. Gao Wei ini termasuk seorang putra mahkota yang kurang cakap dan selalu berada di bawah bayang-bayang Gao Chang Gong yang lebih cakap, pintar, mahir dalam segala hal, bahkan dari segi moralnya. Well, Gao Wei itu lemah. Apalagi masuknya seorang wanita yang biasanya kita sebut dengan femme fatale, alias wanita perusak sak sak sak sak, tapi bukan wanita perusak rumah tangga orang. Si wanita ini berada di sisi Gao Wei dan menyebabkan Gao Wei nggak fokus dalam pemerintahan. Nah, di ni drama ya, sosok wanita ini adalah Zheng Er alias Feng Xiao Lian, iya Xiao Lian..Xiao Lian sama SIALAN beda dikit memang. Hahahaha. Asli dia ini seorang wanita yang jahat. Cintanya pada Gao Chang Gong nggak terbalas dia memanfaatkan Gao Wei yang suka ama dia, alhasil diapun naik tahta sebagai ratu. Abis itu dia bales dendam deh ke Chang Gong dan Xue Wu. Salah satu yang aku sebelin lagi soal OTP alias One True Pairing di drama ini adalah porsi couple nya yang menurut gue lebih banyakan Gao Wei dan Sia Lan eh Xiao Lian daripada Chang Gong dan Xue Wu. Piye kui hayo? Nganyeli kan? Bener-bener mereka itu bisa overshadowing pasangan utamanya. Udah overshadow, jahat pula. Kalau kalian nonton ni drama dan liat ulah pasangan raja ratu gila ini mungkin kalian juga akan sama jijay nya kayak gue. Di salah satu scene ada sepasang suami istri yang punya dua orang anak, sepasang tu laki-laki dan perempuan, tapi karena si ayah bikin salah nah si Gao Wei niat mau menghukum, eh dengan membunuh salah satu anaknya. Apa-apaan? Lo manusia bukan? Parahnya lagi, dia minta saran ke Xiao Lian anak yang mana yang harus dibunuh, eh jawabnya Xiao Lian.. "yang perempuan". Hell to the lo! Emang situ bukan perempuan?? Dan masih banyak lagi ulah-ulah bejat pasangan biadab ini yang nggak bisa gue sebutin satu persatu. Nggak selesai dong ni tulisan ntar, sama nggak selesai nya kita move on dari mantan. EH!
Tirani seperti ini yang harusnya diberantas. Tapi masalahnya, duh. Ini Gao Chang Gong orangnya loyal banget sih ama pemerintahan. Padahal raja gila begini.. Gao Chang Gong merupakan sosok yang sangat mencintai dan dicintai rakyatnya. Xue Wu mengerti benar akan hal ini. Makanya pas terakhir terakhiran pas dia sama Xia Lan eh Xiao Lian, dia bilang kan tu ke Xiao Lian..
Xue Wu:
"Apa kamu tahu siapa yang paling dicintai Pangeran Keempat?"
P.S. Pangeran Keempat itu si Gao Chang Gong ya.
Xiao Lian:
"Kau!" sambil marah marah nangis nangis teriak teriak ya whatever lah mbak.
Xue Wu:
"Bukan, bukan aku."
Xiao Lian: ------diem aja---
Xue Wu:
"Rakyatnya. Cintamu itu egois, Xiao Lian. Dan kau malah menyakiti orang-orang yang sangat dicintai pangeran keempat, yaitu rakyatnya. Maka dari itu pangeran keempat tidak akan pernah jatuh cinta kepadamu."
Iya lah, si Xiao Lian ini dengan sengaja telah melukai orang-orang yang sangat Chang Gong cintai dan sayangi.
Haiiil Yang Xue Wu!! Manseeeeeee!!! Well said! Bener banget itu kata Xue Wu. Dan itu menjadi salah satu kutipan favoritku sepanjang drama.
Tetep ye namanya cinta memang buta tapi ya begitulah..lesson for you girls..... lihatlah apa yang sangat dicintai atau dihormati oleh pria yang kamu sayangi. Maka dukunglah prinsip itu. Kalau dia super sayang banget sama maminya, yaudah *malah bagus kan, personally gue suka cowo yang sayang ma ibunya, karena dengan begitu dia tahu bagaimana memperlakukan wanita. Wakakakakak*. Jadi begitu...kalian juga harus sayang sama apa yang dia sayang, hormati apa yang dia hormati. Jangan sampe punya cinta egois kayak Xiao Lian. Jadilah kayak Xue Wu yang selalu supportive dalam segala hal karena dengan itulah dia menunjukkan rasa cintanya yang dalam ke Gao Chang Gong.
Suatu hari gue download salah satu video OST ni drama, lebih tepatnya lagu "Heart of Palms" yang dinyanyikan oleh Della Ding. Menurut gue ini lagu bagus banget. Kenapa? Karena lagu ini sangat menunjukkan karakter dari drama itu sendiri. Melodinya juga bagus banget, apalagi piano playnya, bikin goosebump di sekujur tubuh. Intro lagunya kalau kalian perhatiin, ada unsur tradisionalnya sedikit, alat musik apa ya kira-kira itu? Kecapi bukan ya? Lol. Maksud gue, disitulah nilai seninya. Ini lagu modern tapi tetap mengusung unsur tradisional pada musiknya, which is totally beautiful, in my opinion. Dan tiap denger lagu ini pasti akan langsung teringat pada dramanya. Kalian inget drama korea Full House nggak? Ada kan tu salah satu lagu OST nya yang berjudul "Fate" yang dinyanyiin oleh penyanyi namanya Why or siapa gitu... pokoknya closing song nya lah. Tiap denger lagu itu pasti inget Full House. Ini namanya adalah 'identik'. Sama kayak Heart of Palms nya Della Ding ini. Unsur tradisional menambah kesan lagu ini, karena drama ini kan memang drama Cina period alias jaman dulu, menurut gue dimasukkannya unsur tradisional ini benar-benar tepat.
Percaya atau enggak, ni gue nulis tulisan ini sambil dengerin lagunya, lho. It gives me some vibe, you know. Jadi ceritanya kembali ke cerita gue download video OST itu, nah kebetulan ya pas udah di english subbed gitu, jadi kita lihat video sambil menikmati lagu sekaligus memahami liriknya. Is that perfect? Nah, di bagian akhir videonya, ditunjukkin scene Xue Wu abis dipanah Gao Wi kan sekarat di pelukan Gao Chang Gong. Pas itu juga tulisan liriknya begini
"Is it possible not to accept the fate of our love?
Is it possible not to accept the fate of our life?
If it is all possible then use my life to save yours"
Wah..bang! Rasanya kayak ada sesuatu yang menusuk hati ini. Cieilaaaaaah. Menurut gue lirik itu pas banget. Secara begini ya.. Ini kayaknya gue akan mulai berteori lagi. Hahaha.
Xue Wu itu memang dikisahkan fiktif, karena dia memang tidak ada dalam catatan sejarah Lanling. Itulah kenapa juga Xue Wu dalam cerita juga dikisahkan bukan merupakan 'jodoh' Gao Chang Gong. Dia hanya seorang passerby alias numpang lewat dalam kehidupannya Gao Chang Gong. Nah, itulah kenapa juga Gao Chang Gong dan Xue Wu itu tidak seharusnya bersama, karena itu melawan takdir. Dan jika mereka melawan takdir, Gao Chang Gong akan celaka. Eh tapi pada akhirnya mereka menikah. Petikan lirik di atas tadi kan artinya apakah ada kemungkinan untuk tidak menerima takdir (cinta) dan (kehidupan) yang telah digariskan untuk mereka berdua. Dan jika memungkinkan, gunakan saja hidupku untuk menyelamatkan hidupmu. Point of view lagu ini lebih kepada Xue Wu. Nah pas scene itu ditambah petikan lirik lagu tersebut seolah-olah memang menggambarkan bagaimana takdir memang tidak mengizinkan mereka untuk bersama. Dengan kata lain, Xue Wu sacrifice herself untuk Gao Chang Gong. Kata 'use my life' kayak 'ambil saja nyawaku asal kamu bisa tetap hidup' T_T Betapa besar cintamu pada suamimu, non... *nyari tisu di laci* "use my life to save yours" pas Xue Wu sekarat dan udah mau mati.
Overall, aku suka sama ni drama, OST-nya juga. Entah kenapa lagu-lagu OST buat Chinese historical drama itu estetik aja gitu dengernya. Bagus :)
Comments