Skip to main content

Our First Family Trip in 2019 - Pangandaran Part 2


Hola hola…. I'm back again people... Melanjutkan kisah liburanku yang sudah kedaluwarsa ini. Hahaha. Oke, lanjut aja ya, ini Pangandaran part 2 yang mana sambungannya pas aku sampe Green Canyon.

Jadi, perlu flashback gak? Oke sip gak perlu. Kalian yang belum baca ya baca dulu ya di sini. Itung-itung menggalakkan gemar membaca, itung-itung ngebantuin Mbak Najwa Shihab lah ya sebagai Duta Baca.

So, begini sodara-sodaraku sebangsa dan se-Tanah Air, aku dan my family cabut ke Green Canyon setelah breakfast di hotel dan nyamperin kapal yang ditenggelamkan Bu Susi Pudjiastuti. Perjalanan ke Green Canyon dari Horison Palma aku lupa berapa jam wkwkwkwk, tapi gak terlalu jauh kok, malah nggak nyampe satu jam kalau gak salah.

Sampai di TKP, niat awal cuma mau naik kapal aja, tapi tergoda untuk body rafting. Iyalah. Seriously, udah sampe jauh-jauh masa cuma naik kapal? Emangnya piknik anak SD? Singkat kata, kami sekeluarga akhirnya memutuskan body rafting, itu pun setelah berusaha keras membujuk rayu adek sepupuku yang gak bisa renang dan agak takut air.

Lhawong mau body rafting kok, kayaknya skill renang gak akan dibutuhin banget kalau gak kepepet, eh tapi ya perlu deng, jangan bilang gak perlu. Hehe. Nah body rafting itu apa? Ya rafting pake 'body' alias tubuh (astaga penjelasan macam apa ini? XD) Pokoknya, kalau body rafting itu kita mengarungi arus sungai pure hanya mengandalkan kekuatan fisik kita. JALAN KAKI!

Intinya itu. JALAN KAKI. DI AIR. LEWATIN BATU-BATU. BERHADAPAN SAMA ARUS. Jadi bener siapin fisik ya. Kalau lagi gak fit mending gak usah. Btw ada pemandunya kok, jadi gak perlu khawatir.

Karena kita harus mengandalkan tenaga dan stamina untuk body rafting, ya jelas sebaiknya isi perut dulu, tapi jedanya jangan mepet-mepet. Mungkin 1,5 - 2 jam lah. Jangan lupa pemanasan.

Sekarang pertanyaannya, dari pintu masuk Green Canyon, kita langsung 'nyemplung' gitu? No No No (kayak lagunya APink - tolong bacanya jangan sambil nyanyi). Yang di pintu masuk buat rekreasi boat doang. Oke ini aku bahas nanti soalnya ada kaitannya.

Jadi, buat yang mau body rafting, harus naik ke bukit dulu. Begini kronologinya (berasa olah TKP kriminal):

1. Persiapan body rafting

Pernah naik gunung atau at least tahu lah ya. Ada pos khusus buat pelaporan, registrasi, dan sebagainya itu. Nah sama. Untuk body rafting, kita ke pos dulu, ngisi formulir dan sebagainya, dan pastinya urusan bayar-membayar wkwkwkwkwk. Nanti kita akan dikasih, eh dipenjemin, maap (pake intonasi Mpok Hindun): rompi pelampung, sepatu karet (karena akan ngelewatin medan tempur berupa jalan terjal di hutan plus bebatuan di sungai), dan pastinya helm untuk pelindung kepala.


Guide akan menyarankan untuk gak bawa handphone. Kalau mau bawa gak papa tapi disarankan satu aja buat foto-foto, dan sebaiknya emang dititipin ke guide yang bawa tas waterproof yang canggihnya bukan main. Sedikit cerita, aku nekat bawa sendiri kan pake tas kecil plastic lima ribuan yang warna-warni itu, dan accident, sodara-sodara. Basah kuyup pas aku nyebur. Sempet gak nyala hape gueeeeeeeee sampe satu harian gitu. Di hotel, aku telanjangin (bukan bermaksud porno), semua baterai dll dicopotin. Aku hidup pake tablet doang waktu itu, jadi pas ada telepon udah macem pasang talenan dapur di kuping XD Jadi ya, mending turutin kata guide-nya. Nanti dia yang bawa dan dia juga yang akan motoin kita. Itu saran dari akunya aja sih.

2. Mau nyemplung ke sungai tapi naik ke bukit

Setelah semua ready, kita akan dibawa pake mobil bak terbuka alias pick up. Ngapain? Ya menuju starting point lah dan itu di atas bukit wahaaaaai sodaraku se-Nusantara! Di jalan aku sempet mikir. Buset ini kok naik naik ke puncak gunung (nyanyi lagi), lha terus kita ke sungai begimane dah. Ngalamat turun jalan kaki nih. Dan tadaaaaaa!!!!!!!!! I was right. LOL!

Kami sekeluarga diturunin (?) di pinggir jalan setelah naik 2 kilometeran kalik. Nah dari pinggir jalan itu, kami dibimbing masuk ke hutan. Yeah you heard it right. Blusukan. Luar biasa. Jalannya ya layaknya hutan lah, cuma ada pohon, ranting, dll di kanan kiri atas bawah. Sesekali ada turunan curam dan itu harus hati-hati. Kami dipandu dua guide. Yang satu di depan sendiri, yang satu, well, harusnya sih di belakang sendiri yak, tapi si akang yang satu ini in fact punya job desc lain, yakni menggandeng tanteku yang butuh bantuan ekstra di medan tempur macem begini.

Di sisi lain, omku santai banget sumpah. Di depan sendiri sama akang satu lagi. Orang PUPR emang beda. Hiks. Orang lapangan sungguh luar biasa. Uji fisik macem begini mah ga ada apa-apanya buat omku, yang bahkan sudah terbiasa terjun ke gorong-gorong. Hal kayak begini mah keciiiiil. Masalahnya ada pada tiga anggota keluarganya ini hahaha. Berapa lama jalannya? I had no idea. Pokoknya jauh. Satu kilo setengah kali ada. Tapi ya tolong dipikirkan medannya ya...ini bukan trek lurus atau jalan beraspal yang mulus lho. Aku sempet mikir. Belum juga nyemplung udah capek aja wkwkwkwkwk.


Hectic banget waktu nerobos (?) hutan hahaha

Selama perjalanan, aku jadi inget waktu explore Pantai Gunung Payung di Bali sama Ayuni, Dy, Anne, Joy, dan Sheila dulu. Itu pantai rintisan waktu itu tahun 2016. Bener-bener blusukan gengsss. Itu turunnya luar biasa, yang akan bikin kamu mikir 'Oh shitt ini gimana kita naiknya ntar? We're screwed!' Hahaha. Apa kabar ya tu pantai sekarang? Semoga udah diurus dan sekarang jadi lebih bagus jalan turunnya.

Habis iklan dari Pulau Dewata, mari kembali ke Green Canyon...

Memang ya, pas mau body rafting di Green Canyon memang adventure nya luar biasa and I love it. Sampe to the extent aku mikir macem2, mulai dari banyak hewan berkeliaran atau mendadak ada ular nongol di depan mata. Hiiii!!! Saran lagi, mau pake obat anti insect (?) juga monggo loh.

3. Sampai di TKP

Akhirnya setelah menuruni hutan, sampailah di tepi sungainya. Beneran hawanya udah pengen nyemplung aja pas liat airnya. Di situlah saya khilaf, nyemplung dan mengorbankan handphone saya. Hahaha. Ponselku yang malang, akhirnya aku titipin ke akangnya. Okeh whatever, yang penting let's the adventure begin!


4. Body rafting staaaaaaarts!!!

Pertama liat air langsung renang tapi ya berhubung pake pelampung jadi susah banget. Hahaha. Mau copot juga gak boleh. Yasudah. Wong emang mau body rafting, bukan renang. Mulailah kami menjelajah sungai dengan mengandalkan kedua kaki ini. Banyak batu dan rintangan yang harus dihadapi. Nah di sinilah kita dituntut teliti, hati-hati (pastinya) dan kreatif. Why? Ya lo ngarungin sungai jalan kaki dengan banyak batu. Like whaaaat??? Bisa dibayangin lah.

But tenang aja, guide akan membantu kok pastinya, terutama soal pemilihan langkah. Ini aku sempet stres juga di awal-awal, karena terpaksa lepas kacamata, soalnya kalau gak ribet euy. Tapi buat kalian yang mau pake kacamata gak papa juga soalnya nanti dibuatin pengikatnya gitu biar gak copot, tapi bagi yang minusnya gak parah-parah banget dan sekiranya masih oke buat lepas sih lepas aja. That's why emang akhirnya aku lepas.

Karena udah pakai sepatu karet yang anti slip, tenang aja. Itu anti slip banget kok. Tinggal gimana kita melalui medan sungai ini dengan kreatif, pilih langkah yang benar di antara bebatuan yang modelnya beraneka ragam. Sama kayak kita wall climbing, kita harus pilih langkah kita supaya sampe ka atas. Kalau body rafting, pilih jalan yang benar dan jangan sampai luka atau cedera, itu yang penting.

Ya karena potensi itu emang besar bgt gengs. Intinya jangan sampe kepleset, kejeglong (aduh Bahasa Indonesianya apa yak ini), atau ketatap batu. Cobaan body rafting sebenarnya adalah lompat sana lompat sini. Tapi bukan hanya main lompat-lompatan aja, karena ada beberapa medan yang mengharuskan kita berhadapan dengan pusaran (halah) air.

Always be careful ya karena medan tempurnya kurang lebih begini :D
Jadi, ada kalanya kita emang harus bener-bener nyemplung sampe 3/4 badan alias keliatan kepalanya doang, karena ada beberapa bagian yang agak dalam. Dan, di beberapa bagian yang dalam itu ada arus air juga. Kita harus ngelewatin itu, caranya ya biarlah arus itu 'membawa' kita ke seberang.

FYI, di sepanjang medan body rafting ,emang dipasangin beberapa utas tali di pinggir tebing. Tapi ya, khusus untuk bagian yang ada arus/pusaran air ini, kita gak disarankan atau bahkan gak boleh megang tali yang ada. Why? Karena kalau kita pegangan itu tali, tubuh kita bakal kepelintir. Ujung-ujungnya apa? Ya lu minum air lah alias kelelep wkwkwkwk. Jadi kita hanya boleh pegangan atau nyentuh batu/tebing sambil membiarkan tubuh ini terseret.

Tapi naluri dan insting manusia, ya mau gimana. Ini terjadi ke tanteku. Katanya refleks pegang tali waktu keseret. Ya manusia memang dibekali insting bertahan hidup jadinya ya begitu itu, gak bisa disalahkan juga sih haha. Jadilah tante minum air. Tp alhamdulillah gak papa kok, it was fun to laugh at, actually.

Lalu, ada kalanya kita 'nyantai' nih. Ada beberapa titik yang ga ada batu-batu besar atau arus. Di bagian ini biasanya guide akan menyarankan kita rebahan. Nah ini pasang-pasangan. Aku kebetulan sama adekku, posisi dia di belakangku, jadi aku pegangan kakinya dia. Di sinilah kerja sama tim diuji hahahahahah! Niatnya rebahan menikmati awan, tapi kalau gak bisa jaga keseimbangan ya dua-duanya kebalik, and that happened. Lol!!! Alhasil karena sebel akhirnya aku renang sendiri (masih pakai pelampung yang rasanya pengen aku copot).

5. Final point/meeting assembly

Setelah mengarungi sungai, kita sampai di titik akhir, di sana udah ada boat yang nungguin kita buat bawa ke rest area yang gak terlalu jauh. Nah ini nih, sekalian mau bahas soal boat yang tadi di awal aku pending.

Jadi, boat alias perahu itu disedian buat rekreasi dari pintu masuk Green Canyon sampe ke rest area, yaudah mentok di situ aja. Karena setelahnya gak bisa dilewatin perahu karena banyak batu dan arus, nah itu yang kita lewatin tadi pas body rafting gengs. Jadi, di rest area ini, peserta body rafting (sebut saja dari arah barat) ketemu penumpang boat biasa dari arah timur alias pintu masuk. Begitu genggssss.

Di rest area, pop mie jadi primadona. Kenapa ya, tiap mentas dari air itu hawanya pop mie? Ini sepertinya misteri yang harus dipecahkan menggunakan penelitian ilmiah, guys.

Aku cuma minum air mineral aja. Dahaga luar biasa, meski sempet minum air juga waktu body rafting *bitter laugh* Trus sempet beli teh hangat dan pisang goreng kesayanganku aiiiih. Di rest area ini pula akang guide jemur handphone ku yang basah tadi. Sumpah ngenes banget hati gue waktu itu. Udah pasrah sampe Solo harus beli handphone baru wkwkwkwk.

Setelah di rest area, kita pake boat menuju titik masuk Green Canyon. Nah titik a.k.a pintu masuk ini udah di seberang pos body rafting kok. Beneran, rasanya tuh kayak astronaut yang baru pulang ke bumi dari luar angkasa T_T

Istirahat di pos, mandi, ganti baju, salat, dll. Ambil barang di penitipan trus kita dikasih sertifikat deh. That's all. Wow. Rasa capeknya belum kerasa, tapi malamnya. Trust me, aku sekeluarga tepar di kamar jejer-jejer kayak ikan pindang tengkurap haha. Oke ini dibahas nanti.


6. Oleh-oleh, pantai, back to hotel
Ya abis body rafting kita nyempetin beli oleh-oleh dan rencana langsung mau balik hotel (dasar mental kasur semua memang). But akhirnya kita muter-muter dulu, liat lau sama mampir ke Pantai Batu Hiu. Yaudah sih gitu aja. Simpel. Ha. Sampai di hotel sore, bukannya istirahat eh naik lagi ke rooftop buat nyantai, karena entah mengapa lidah ini craving for mojito. Wkwkwkwk. Again, mau liat sunset lagi juga. P.S. adek sepupuku masih belum berani ke floor glass.

Kalau yang ini penampakan di Batu Hiu. No edit.

Menjelang malam, back to room, mandi-mandi, magriban dll. Trus nyari makan deh. Mendarat di resto masakan Padang haha. Ga banyak yang bisa diceritain di sini, karena cuma makan aja terus balik ke hotel. Dan pada tepaaarrrrrr. Tapi akunya yang melek gara-gara ngurusin handphone yang waktu itu masih matot. Pulang besok pagi tapi karena pada kecapekan belum pada packing. Rofl!!

Apa yang terjadi keeseokan harinya??? Bersambung di part 3... XD

Part 1 HERE
Part 3 HERE

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pertama ke Dokter Gigi, di Usia 29 Tahun XD

Silakan geli atau tertawa setelah membaca judul di atas tadi. Yap, you read it right, di usia 29 tahun. Hahaha. Ketika banyak manusia di muka bumi ini yang sudah pernah merasakan ke dokter gigi saat kecil, aku termasuk dalam salah satu spesies yang baru mengalaminya mejelang kepala 3. Jadi ceritanya, aku itu dulu pernah kecelakaan maut (bukan bermaksud lebay but it's true). Waktu itu, aku bisa denger suara orang dan goyangan mobil (maybe ambulans), tapi yang aku lihat cuma warna item di sekitarku. Mungkin lagi di antara dua dunia? Abis itu ilang sadar dan bangun di UGD, sedikit amnesia sesaat sampai gak inget aku pake baju apa dan habis dari mana waktu itu. Yang kuingat cuma Mom and Dad dan tes SPMB haha. Yang udah kenal aku lama, ya sejak SMP atau SMA, pasti tahu kejadian ini. Singkatnya, aku waktu itu dapat luka parah yang sebagian besar di sebelah kiri tubuh, termasuk wajah dan bibir. Separuh wajahku konon kata orang sempet kayak zombie wakakak, nah bibir harus dijahit

Lanling Wang (C-Drama) "Melawan Takdir dan Tirani"

Satu lagi adaptasi dari sebuah sejarah besar tanah Cina yang terkenal. Gao Chang Gong, begitulah namanya disebut. Lanling sendiri merupakan nama daerah kekuasaannya, sehingga diberikanlah julukan Lanling Wang alias Prince of Lanling. Sebenernya ya, gue juga agak bingung gitu "wang" disini itu maksudnya raja apa pangeran?? Sejauh pengamatan dan pengetahuan gue (yang mungkin dangkal ini), wang itu artinya raja. Well, karena bukan kapasitas gue untuk menerangkan hal ini..walaupun gue anak bahasa..tapi bukan berarti ngerti hal beginian banget. Tetep harus ada satu orang yang bener2 ngerti dan paham betul mengenai istilah ini, yang sayaaaaangnya gue nggak punya satu temen Cina maupun temen yang kuliah Sastra Cina. Jadi, gue anggep aja wang disini itu both king and prince. Bukannya maruk, dengarkan dulu penjelasan gue... *berasa kayak dituduh selingkuh oleh pacar*.. Baiklah.. 'wang' disini adalah raja. tapi jelas, bukan raja dalam keadaan yang sebenarnya, karena pada ja

Pengalaman, Cara, dan Tips Operasi Gigi Bungsu (Odontektomi) Pakai BPJS

It's been a while aku gak nulis blog lagi, padahal sekarang sudah memasuki era 'nyantai' dengan freelance job dan tidak memikirkan huru-hara dunia perkantoran hehe. Ya, berkat periode inilah aku pada akhirnya bisa menyempatkan diri untuk operasi gigi bungsu pakai BPJS, yang tentunya sangat menyita waktu dan kesabaran. Waktu dan kesabaran, dua hal terpenting yang harus kita siapkan jika ingin operasi gigi bungsu pakai BPJS. Namun percayalah, pengalaman setiap peserta/pasien itu berbeda, jadi dimohon kesadarannya untuk tidak megeneralisasi ya. Mengapa aku bilang begini? Seperti diketahui, banyak narasi yang sudah telanjur beredar di luar sana kalau pakai BPJS beginilah begitulah, dijutekinlah, dibeda-bedainlah dan lain-lain. Belum kisah-kisah apes dari beberapa (iya beberapa) peserta yang harus menunggu antrean panjang. Lemme clear these things dulu. Masalah dijutekin, in my opinion itu tergantung nakesnya secara personal ya, atau mungkin munculnya muka masam dia juga bisa di