SCENE 6 : ANFIELD
Cesc : Steve!
Steven : Kamu? Ada apa kemari? Mau cari Xabi?
Cesc : Bukan, aku mau cari kamu.
Steven : Aku?
Cesc : Ada sesuatu yang mau aku bicarakan, tapi aku rasa kamu pasti sudah tahu apa topiknya.
Steven : Oke, kita cari tempat. Gimana kalau duduk disana? (Steven mengajak Cesc ke kursi penonton)
Cesc : Begini Steve, ini soal Yvaine...
Steven : Aku sudah tahu semuanya. Jujur saja, aku nggak mengira kalau kalian bakal sedekat ini.
Cesc : Langsung saja Steve, sebenarnya kamu setuju apa nggak tentang hubungan aku sama Yvaine?
Steven : Cesc, memang, aku akui, selama ini selain dengan Xabi, Yvaine tak pernah sedekat ini sama cowok, dan dengan Xabi pun dia hanya menganggap Xabi adalah kakaknya, tetapi tidak sama halnya dengan kamu. Dia menganggap kamu seperti orang spesial, dan akupun juga merasa seperti itu. Sebenarnya aku juga senang karena setelah kenal kamu dia jadi lebih ceria dan bahagia. Aku berterima kasih untuk itu.
Cesc : Lalu, masalahnya apa? Apa karena perbedaan kebangsaan?
Steven : Cesc, kalau boleh jujur, aku lebih menginginkan adikku mendapatkan pasangan yang memang satu kebangsaan, ini juga demi kebaikan dia, dengan satu kebangsaan, segalanya akan lebih mudah.
Cesc : Nggak juga. Sekarang kamu lihat sendiri Steve, walaupun aku dan kalian berbeda, tapi selama ini hubunganku dan Yvaine baik-baik saja.
Steven : Itu karena kalian masih berteman biasa, coba kalau kalian sudah pacaran atau menikah, perbedaan itu pasti lama kelamaan akan terasa. Sekarang memang dia sedang bahagia karena dekat denganmu, dan karena aku ingin adikku bahagia, oleh karena itu kalian lebih baik berteman saja seperti sekarang.
Cesc : Jadi kamu meragukan aku? Maksud kamu kebahagiaan Yvaine sekarang hanya karena dia berteman denganku? Begitu?
Steven : Kurang lebih seperti itu.
Cesc : Apa nggak ada sedikit kesempatan, Steve?
Steven : Kalau aku memberi kamu kesempatan, apa yang mau kamu lakukan?
Cesc : Aku akan buktikan kalau kamu salah, dan aku akan tunjukkan kalau aku benar-benar sayang padanya.
Steven : Dengar, Cesc...Kamu lihat lapangan ini..ketika ramai karena banyak penonton, maka akan terasa megah, dan hati diliputi kebahagiaan, apalagi kalau melihat Yvaine berada di salah satu sudut stadion ini dan melihatku bermain, bersorak ketika gol atau ketika kami meraih kemenangan, rasanya hati ini bahagia sekali, sama bahagia dan senangnya ketika aku melihat adikku bahagia. Tetapi ketika lapangan sepi dan kosong, maka akan terasa begitu kosong dan lapang, tak ada seorangpun yang bersorak atau berteriak memberi dukungan, maka hati ini akan terasa sepi, sama seperti kosong dan sakitnya ketika melihat adikku terluka. Rasa sayangku pada Yvaine sama seperti itu. Aku juga sudah berjanji pada orangtua kami bahwa aku akan menjaganya.Ini tanggung jawabku.
Cesc : Aku tahu kamu sangat menyayanginya. Dan kalau aku berhasil mendapatkan cintanya, akupun akan menjaganya, aku janji. Aku juga tidak ingin mengecewakanmu ataupun kedua orangtua kalian, dan yang paling penting membuat Yvain bahagia, seperti yang kamu bilang. Aku datang kemari bukan sebagai seorang pemain sepakbola, tetapi sebagai pria biasa yang sedang berusaha mendapatkan cintanya, ya dengan meminta restu darimu, karena aku tahu Yvaine sangat sayang padamu. Aku juga tahu aku tak akan bisa sepertimu karena aku sadar aku hanya bisa jadi urutan kedua setelah dirimu di hati Yvaine, dan yang aku minta sekarang adalah bisakah aku jadi urutan kedua itu?
Hari-hari semakin berlalu dengan cepat, dan hari-hari itu digunakan Cesc untuk membuktikan janjinya bahwa ia akan menunjukkan berapa besar rasa sayangnya pasa Yvaine. Cesc terus melakukan segala usaha, mulai dari rutin mengunjungi rumah Yvaine seminggu sekali ketika libur latihan, walaupun harus menempuh jarak London-Liverpool, menemani Yvaine menonton pertandingan Liverpool, ya tentu saja kalau tidak berbenturan dengan jadwal pertandingan Arsenal, dan masih banyak lagi.
Cesc : Steve!
Steven : Kamu? Ada apa kemari? Mau cari Xabi?
Cesc : Bukan, aku mau cari kamu.
Steven : Aku?
Cesc : Ada sesuatu yang mau aku bicarakan, tapi aku rasa kamu pasti sudah tahu apa topiknya.
Steven : Oke, kita cari tempat. Gimana kalau duduk disana? (Steven mengajak Cesc ke kursi penonton)
Cesc : Begini Steve, ini soal Yvaine...
Steven : Aku sudah tahu semuanya. Jujur saja, aku nggak mengira kalau kalian bakal sedekat ini.
Cesc : Langsung saja Steve, sebenarnya kamu setuju apa nggak tentang hubungan aku sama Yvaine?
Steven : Cesc, memang, aku akui, selama ini selain dengan Xabi, Yvaine tak pernah sedekat ini sama cowok, dan dengan Xabi pun dia hanya menganggap Xabi adalah kakaknya, tetapi tidak sama halnya dengan kamu. Dia menganggap kamu seperti orang spesial, dan akupun juga merasa seperti itu. Sebenarnya aku juga senang karena setelah kenal kamu dia jadi lebih ceria dan bahagia. Aku berterima kasih untuk itu.
Cesc : Lalu, masalahnya apa? Apa karena perbedaan kebangsaan?
Steven : Cesc, kalau boleh jujur, aku lebih menginginkan adikku mendapatkan pasangan yang memang satu kebangsaan, ini juga demi kebaikan dia, dengan satu kebangsaan, segalanya akan lebih mudah.
Cesc : Nggak juga. Sekarang kamu lihat sendiri Steve, walaupun aku dan kalian berbeda, tapi selama ini hubunganku dan Yvaine baik-baik saja.
Steven : Itu karena kalian masih berteman biasa, coba kalau kalian sudah pacaran atau menikah, perbedaan itu pasti lama kelamaan akan terasa. Sekarang memang dia sedang bahagia karena dekat denganmu, dan karena aku ingin adikku bahagia, oleh karena itu kalian lebih baik berteman saja seperti sekarang.
Cesc : Jadi kamu meragukan aku? Maksud kamu kebahagiaan Yvaine sekarang hanya karena dia berteman denganku? Begitu?
Steven : Kurang lebih seperti itu.
Cesc : Apa nggak ada sedikit kesempatan, Steve?
Steven : Kalau aku memberi kamu kesempatan, apa yang mau kamu lakukan?
Cesc : Aku akan buktikan kalau kamu salah, dan aku akan tunjukkan kalau aku benar-benar sayang padanya.
Steven : Dengar, Cesc...Kamu lihat lapangan ini..ketika ramai karena banyak penonton, maka akan terasa megah, dan hati diliputi kebahagiaan, apalagi kalau melihat Yvaine berada di salah satu sudut stadion ini dan melihatku bermain, bersorak ketika gol atau ketika kami meraih kemenangan, rasanya hati ini bahagia sekali, sama bahagia dan senangnya ketika aku melihat adikku bahagia. Tetapi ketika lapangan sepi dan kosong, maka akan terasa begitu kosong dan lapang, tak ada seorangpun yang bersorak atau berteriak memberi dukungan, maka hati ini akan terasa sepi, sama seperti kosong dan sakitnya ketika melihat adikku terluka. Rasa sayangku pada Yvaine sama seperti itu. Aku juga sudah berjanji pada orangtua kami bahwa aku akan menjaganya.Ini tanggung jawabku.
Cesc : Aku tahu kamu sangat menyayanginya. Dan kalau aku berhasil mendapatkan cintanya, akupun akan menjaganya, aku janji. Aku juga tidak ingin mengecewakanmu ataupun kedua orangtua kalian, dan yang paling penting membuat Yvain bahagia, seperti yang kamu bilang. Aku datang kemari bukan sebagai seorang pemain sepakbola, tetapi sebagai pria biasa yang sedang berusaha mendapatkan cintanya, ya dengan meminta restu darimu, karena aku tahu Yvaine sangat sayang padamu. Aku juga tahu aku tak akan bisa sepertimu karena aku sadar aku hanya bisa jadi urutan kedua setelah dirimu di hati Yvaine, dan yang aku minta sekarang adalah bisakah aku jadi urutan kedua itu?
Hari-hari semakin berlalu dengan cepat, dan hari-hari itu digunakan Cesc untuk membuktikan janjinya bahwa ia akan menunjukkan berapa besar rasa sayangnya pasa Yvaine. Cesc terus melakukan segala usaha, mulai dari rutin mengunjungi rumah Yvaine seminggu sekali ketika libur latihan, walaupun harus menempuh jarak London-Liverpool, menemani Yvaine menonton pertandingan Liverpool, ya tentu saja kalau tidak berbenturan dengan jadwal pertandingan Arsenal, dan masih banyak lagi.
Comments
dimana-mana pasti dia slalu bgitu tipe nya..
wise, mature, bisa ngbaca pikiran + gerak gerik orang..
haaaahh..
senang!!!
and, Go cesc!!!! smangat!! hehe